Salah
seorang Tokoh Ulama penerus Pondok Pesantren Lirboyo adalah Kh.Mahrus
Aly, putra dari seorang Ulama bernama Kh Aly. Lahir di Cirebon tahun
1906 , ibunya bernama Nyai Chasinah . Sejak kecil Kh Mahrus Aly hidup
dalam lingkungan pesantren dan Beliau gemar menuntut ilmu terutama Ilmu
Hadist dan Ilmu Nahwu shorof. Usia remaja Kh Mahrus telah hapal 1000
Bait Nadzhom Kitab Alfiyah Ibnu malik dan pernah juga melakukan debat
Nahwu shorof dengan seorang Habib dari Yaman Hadro maut. Suatu ketika
Kakaknya yang bernama Kh.ahmad Afifi mengadakan lomba hapalan dan
pemahaman kitab Alfiyah , namun Kh Mahrus kalah dan merasa malu dengan
keluarganya, hingga akhirnya Kh mahrus pergi meninggalkan rumah tanpa
minta Izin kepada keluarganya, dan tentu saja membuat sedih sang
ibundanya Nyai Chasinah. Maka sepanjang hari ibunya bermunajat kepada
Allah agar anaknya Kh.mahrus Aly yang meninggalkan rumah dan keluarganya
di jadikan ulama yang alim .
Kh.Mahrus
Aly menimba ilmu Pada Kh.Cholil pengasuh pondok pesantren kasingan ,
begitu memasuki gerbang pondok , Kh.Mahrus Aly di sambut oleh para
santri yang telah berbaris , bercampur heran Kh.Mahrus tetap melangkah
memasuki pondok , belakangan diketahui bahwa telah tersyiar kabar bahwa
dipondok Kasingan akan kedatangan seorang Ahli hadis bernama Mahrus Aly.
Sambutan yang luar biasa dari para santri tidak membuat dirinya besar
kepala , beliau disamping menimba ilmu kepada Kyai juga mengajar para
Santri maka tak heran bila Kh.Mahrus diangkat menjadi “Lurah Pondok” .
Hampir lima tahun menimba ilmu di Pondok Kasingan kemudian Kh.Mahrus
Aly minta Izin kepada gurunya untuk pulang kerumahnya . Ketika sampai
dirumahnya di Gedongan Kh.Mahrus Aly lagi lagi mendapat sambutan dari
para santri dan keluarganya dengan penuh penghormatan . Mereka para
santri kagum akan kecerdasan Kh Mahrus Aly dalam memahami Kitab Alfiyah .
Rupanya Allah memberikan Futuh (Pembuka hati & Ilmu ) berkat doa
Munajat dan riyadhoh sang Ibu kepada dirinya.
Tak puas
dengan bekal ilmu yang dimiliki, Kh Mahrus aly meminta izin kepada
ibunya untuk menimba Imu di Pesantren Lirboyo, Tahun 1936 Kh Mahrus Aly
belajar di Lirboyo di bawah asuhan Kh.Abdul karim . Melihat kecerdasan
yang dimiliki Kh Mahrus Aly membuat gurunya terkagum kagum dan jatuh
hati pada Kh.Mahrus Aly, maka sang Guru meminta kepada Kh Mahrus Aly
untuk mau menjadi mantunya. Maka tahun 1938 Kh.Mahrus Aly menikah dengan
putri gurunya bernama zainab. Kh Mahrus aly sangat mencintai ilmu maka
tak heran Beliau selalu berpindah pindah dari pesantren yang satu
kepesantren yang lain , hal ini beliau lakukan sekedar bertabarruk
kepada para ulama seperti ke Pondok pesantren tebuireng (Kh.Hasyim
asyari), Pondok-Pesantren Watu congol muntilan Magelang(Kh Dalhar)
pondok pesantren Langitan tuban dll.
Kh.Mahrus
Aly juga dikenal sebagai Ulama pejuang , beliau pernah memimpin para
santri Lirboyo untuk Berjihad melawan tentara sekutu di Surabaya.
H. Mahfudzseorang Komandan Peta (pembela tanah air ) yang mula-mula
menyampaikan berita gembira tentang kemerdekaan Indonesia itu kepada
KH. Mahrus Ali, lalu diumumkan kepada seluruh santri lirboyo dalam
pertemuan diserambi masjid. Dalam pertemuan itu pula, para santri
lirboyo diajak melucuti senjata Kompitai Dai Nippon yang bermarkas di
Kediri (markas itu kini dikenal dengan dengan Markas Brigif 16 Brawijaya
Kodam Brawijaya) .
Tepat pada
jam 22.00 berangkatlah para santri Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat
sasaran dibawah komando KH. Mahrus Aly dan Mayor H Mahfudz. Sebelum
penyerbuan dimulai, seorang santri yang bernama Syafi’I Sulaiman yang
pada waktu itu berusia 15 tahun menyusup ke dalam markas Dai Nippon
yang dijaga ketat. Maksud tindakan itu adalah untuk mempelajari dan
menaksir kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup,
Syafi’i segera melapor kepada KH. Mahrus Ali dan Mayor H Mahfudz.
Saat-saat menegangkan itu berjalan hingga pukul 01.00 dini hari dan
berakhir ketika Mayor Mahfudz menerima kunci gudang senjata dari
komandan Jepang yang sebelumnya telah diadakan diplomasi panjang lebar.
Dalam penyerbuan itu , gema Takbir “Allohuakbar ” berkumandang menambah
semangat juang para Santri , aroma Surga dan Mati syahid telah mereka
rindukan, pada akhirnya penyerbuan itu sukses dengan gemilang.
Selang
beberapa lama, Mayor H.Mahfud melapor kemabli kepada Kh .Mahrus Aly di
Lirboyo bahwa Tentara sekutu yang memboncengi Belanda telah merampas
kemerdekaan dan Surabaya banjir darah pejuangan . Maka Kh.Mahrus
Aly mengatakan bahwa kemerdekaan harus kita pertahankan sampai titik
darah penghabisan. Kemudian KH. Mahrus Aly mengintruksikan kepada santri
lirboyo untuk berjihad kemabli mengusir tentara Sekutu di Surabaya.
Maka dipilihlah santri-santri yang tangguh untuk dikirim ke Surabaya
untuk bergabung dengan Muhahid lainya. Dengan gagah Kh Mahrus Aly
berangkat bersama dengan para santri santri Lirboyo untuk berjuang
merampas kembali kemerdekaan Indonesia.
Hari senin
KH. Mahrus Aly berpulang kerahmatullah, Tanggal 06 Ramadlan 1405 H atau
26 Mei 1985, tepat delapan hari setelah beliau dirawat di rumah sakit
di surabaya. Linangan air mata dari para santri Lirboyo melepas
kepergian sang Kyai.
Sumber: http://almahabbah89.wordpress.com
Sumber: http://almahabbah89.wordpress.com
Posting Komentar